JAKARTA – Indonesia menargetkan untuk mengusulkan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia yang diakui UNESCO pada 2024. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2022 melalui Muhibah Jalur Rempah yang diselenggarakan tersebut menjadi salah satu upaya menggaungkan keagungan peradaban nusantara. Dalam pelaksanaannya tersebut Kemendikbudristek berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL), pemerintah daerah (pemda), komunitas budaya, serta masyarakat.
“Jauh sebelum era pemerintahan kolonial, rempah-rempah telah memengaruhi peradaban dunia. Bentuk pengaruhnya dalam pengetahuan tradisional, pengobatan, kuliner, fesyen, kesenian dan lain sebagainya sehingga memengaruhi kebudayaan dan peradaban dunia” ujar Direktur Pengembangan dan Pemanfataan Kebudayaan, Restu Gunawan dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB): Muhibah Jalur Rempah, Napak Tilas Perdagangan Rempah Nusantara, disampaikan melalui siaran persnya pada Kamis (9/6/2022).
Lebih lanjut disampaikan Restu, Muhibah Budaya Jalur Rempah merupakan kegiatan upaya menyambungkan kebudayaan dari satu titik ke titik lainnya dengan semangat gotong royong. “Jadi tidak hanya sekadar berlayar saja, ketersambungan dari satu titik ke titik lainnya menjadi penting karena akan menjadi kata kunci sehingga kita perlu mengangkat highlight di setiap titik dan mencari keunggulannya,” ujar Restu. Dalam pelaksanaannya, ini adalah kerja bersama antara Kemendikbudristek, TNI Angkatan Laut, pemda, dan komunitas dalam membangun ekosistem kebudayaan yang berkesinambungan (sustainability).
Menyambut baik program ini, Wali kota Ternate Provinsi Maluku Utara, M. Tauhid Soleman mendukung Kemendikbudristek dalam menyukseskan Muhibah Budaya Jalur Rempah. “Ini menjadi kebanggaan bagi kami sebagai pemerintah daerah karena Kota Ternate menjadi satu titik singgah dari perjalanan tersebut,” tutur Tauhid.
“Kami juga akan menunjukkan beberapa tempat seperti benteng, Keraton Kesultanan Ternate, dan kebun cengkeh tertua yang biasa disebut cengkeh Afo oleh masyarakat Ternate,” imbuh Tauhid.
Untuk mewujudkan keberhasilan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Kota Ternate, Tauhid menyampaikan bahwa jajarannya telah bekerja sama dengan dinas terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata Kota Ternate, serta Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Ternate.
“Kami harap kegiatan ini dapat berjalan dengan sempurna karena masyarakat Kota Ternate juga sangat antusias atas kedatangan rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah ini,” tutur Tauhid.
Dukungan lain juga turut digaungkan dari TNI Angkatan Laut seperti dengan menyiapkan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci sebagai kendaraan utama dalam berlayar. Selain itu, TNI AL juga telah membentuk satgas dan menambah beberapa personil keamanan yang diambil dari luar Anak Buah Kapal (ABK) Dewaruci.
Guna menyukseskan penyambutan serta pelepasan peserta kegiatan ketika berada di darat maupun saat berlayar, pimpinan Angkatan Laut juga telah mengintruksikan agar seluruh pangkalan di kota-kota yang akan disinggahi oleh KRI Dewaruci untuk berkoordinasi dengan Pemda setempat dan aparatur wilayah. Lebih dari itu, panglima armada juga diperintahkan untuk mengerahkan kapal-kapal serta unsur lainnya yang ada di wilayah tersebut agar melaksanakan pengamanan sepanjang rute yang dilalui KRI Dewaruci.
“Upaya tersebut adalah bentuk dukungan kami dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah, karena kegiatan ini betul-betul bernuansa maritim dan TNI Angkatan Laut mempunyai tugas pokok di sana,” tutur Kolonel laut (P) NRP 12615/P PABAN II OPS SOPSAL, Amrin Rosihan H dalam webinar.
Selama berlayar, TNI Angkatan Laut turut berbagi pengalaman kepada peserta tentang keterlibatan dalam kehidupan di kapal layar, pengenalan peralatan selam, kesehatan, dan lainnya yang menjadi bagian dari KRI Dewaruci, serta cara penyelamatan diri dari bahaya kebakaran dan kebocoran. “Jadi mereka diharapkan memiliki paket yang meskipun singkat waktunya tapi minimal mempunyai gambaran seperti apa kehidupan di kapal Angkatan Laut,” ujar Amrin.
Dalam pengawalan perjalanan Muhibah Budaya Jalur Rempah, TNI Angkatan Laut melibatkan sebanyak 80 orang yang terdiri dari satgas, tim kesehatan, penangangan, dan penerangan. Selain itu, turut bergabung dari staf operasi TNI Angkatan Laut (Sopsal) dan staf logistik untuk menyiapkan segala bentuk keperluan termasuk peralatan keamanan personil dan lainnya.
“Semoga kegiatan ini bisa memperkuat visi Indonesia sebagai poros maritim dunia dan menjadi agenda tahunan yang bisa diselenggarakan dengan rute lainnya,” harap Amrin.
Editor : Setia Naka Andrian
Artikel Terkait