LAGOS - Aliko Dangote merupakan pengusaha Muslim Afrika yang dinobatkan sebagai orang kulit hitam terkaya di dunia.
Menurut Forbes, Aliko yang juga pendiri Dangote Group itu memiliki kekayaan mencapai 13,9 miliar dolar AS atau setara Rp208,17 triliun.
Selain sukses dalam bisnis, Aliko juga dikenal dermawan. Selama bertahun-tahun, dia memulai beberapa proyek filantropi. Pada 1994, dia mendirikan organisasi amal swasta Aliko Dangote Foundation (ADF).
BACA JUGA :
Tiga Artis Cantik Indonesia Miliki Harta Karun Tambang, Siapa Dia ?
Sejak masih duduk di sekolah dasar (SD), Aliko yang berasal dari keluarga Muslim kelas atas itu, telah memiliki jiwa bisnis dan selalu mencari peluang bisnis. Aliko diketahui lahir pada 10 April 1957 di Kano, Nigeria Utara.
Keberhasilan Aliko dimulai pada tahun 1977, di mana dia meminjam 500.000 naira kepada pamannya, Aminu Dantata untuk memulai Dangote Group. Aliko memulai berdagang berbagai komoditas mulai dari semen hingga barang-barang pertanian, seperti beras, gula, hingga minyak sayur.
Usaha yang dia jalani sangat sukses, sehingga dia mampu membayar utang pada pamannya dalam waktu tiga bulan setelah memulai operasi.
Kemudian, pada tahun 1999, Aliko mengembangkan sayap bisnisnya ke bidang manufaktur dengan membangun kilang gula dan pabrik tepung. Saat produk gulanya pertama kali muncul di Bursa Efek Nigeria pada 2010, angka penjualannya meningkat empat kali lipat menjadi 450 juta dolar AS atau setara Rp6,73 triliun.
Dangote Group telah bertransformasi berawal dari perusahaan perdagangan kini menjalar ke bidang industri lain, mulai dari pengolahan makanan, manufaktur semen, pengiriman, hingga penyulingan gula.
Tak hanya itu, perusahaan berkembangan dengan memiliki cabang di seluruh negeri, mengekspor kapas, kacang mete, biji wijen, dan jahe ke negara lain.
BACA JUGA :
Kisah Mualaf Cantik Amira, Gadis Keturunan China yang Takjub dengan Ajaran Islam
Dangote Group pun telah berkembang menjadi konglomerat multitriliun, di mana Aliko memiliki pabrik penghasil semen terbesar di Afrika, penyulingan gula terbesar di sub-Sahara Afrika, mengendalikan pasar gula di Nigeria saat ini, dan membuka lapangan kerja bagi lebih dari 11.000 karyawan.
Operasional perusahaannya pun kini juga berada di Benin, Ghana, Nigeria, Togo, dan Zambia. Aliko menyebut perjalanan bisnisnya tersebut dengan menarik, tetapi dia pun menemui hambatan di sepanjang jalan. Menurutnya, mengatasi tantangan tersebut membutuhkan pemikiran besar dan pendekatan inovatif.
Editor : Pipit Widodo
Artikel Terkait