BANDUNG - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) terus berupaya menjaga keselarasan antara pendidikan vokasi dengan industri, termasuk untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Mengantisipasi pesatnya perkembangan industri tekstil sebagai akibat revolusi industri 4.0 Kemendikbudristek mendukung penyiapan menyiapkan SDM vokasi yang memiliki seperangkat keterampilan sesuai dengan kebutuhan TPT di Indonesia.
“Pendidikan vokasi siap mendukung program peningkatan daya saing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) melalui penyiapan SDM yang berkualitas dan kompeten,” tegas Pelaksana tugas Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Industri (Plt. Direktur Mitras DUDI), Saryadi ketika dihubungi pada kesempatan terpisah di Jakarta (3/8).
“Implementasi Kurikulum Merdeka di SMK merupakan salah satu pilar bagaimana membangun keselarasan antara SMK dengan dunia usaha dunia industri dengan memberikan porsi peran yang signifikan kepada industri untuk mewarnai kurikulum SMK terkait pembelajarannya. Di jenjang pendidikan tinggi, Program Kampus Merdeka Vokasi juga mencerminkan upaya besar pemerintah untuk memastikan keselarasan pendidikan tinggi vokasi dengan realita dunia kerja yang dinamis,” jelas Saryadi lebih lanjut.
Pekan lalu, menyambut peringatan 100 tahun industri tekstil nasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyelenggarakan Forum Tematik Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah (Bakohumas) dengan tema “Perjalanan 100 Tahun Industri Tekstil di Indonesia”. Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai kinerja dan peran industri tekstil bagi perekonomian serta kebijakan yang ditempuh Kemenperin untuk menjaga daya saing dan produktivitasnya kepada humas pemerintah.
Sekretaris Jenderal (Sesjen), Kemenperin, Dody Widodo, dalam Forum Tematik Bakohumas di Bandung, Jumat (29/7), menyampaikan bahwa industri tekstil di dalam negeri telah menempuh perjalanan panjang dari masa kolonial hingga saat ini. “Kemenperin menjalankan berbagai kebijakan dan program kerja untuk terus meningkatkan daya saing dan produktivitasnya, sehingga industri tekstil nasional semakin berkembang mengikuti tren pasar global,” katanya.
Pada tahun 2021, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh signifikan hingga mencapai 12,45 persen (year on year). Industri TPT juga menunjukkan kinerja ekspor yang baik dengan peningkatan signifikan pada 2021, yaitu 12,45 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. “Investasi yang ditanamkan di industri TPT juga meningkat sebesar 6,4 persen pada triwulan I – 2022,” jelas Dody.
Mengingat kontribusinya terhadap pertumbuhan sektor industri manufaktur, serta dampaknya terhadap perekonomian masyarakat sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekspor, Kemenperin menjadikan industri TPT sebagai salah satu dari tujuh industri prioritas pengembangan dalam Peta Jalan Making Indonesia 4.0, bersama dengan industri makanan dan minuman, industri kimia, industri otomotif, industri elektronika, industri farmasi, serta industri alat kesehatan.
Dengan penerapan teknologi industri 4.0, industri TPT menurut Sesjen Dody, akan mampu mengembangkan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan dan tren yang berkembang. Antara lain memenuhi kebutuhan pasar akan functional apparel maupun technical textile yang dibutuhkan oleh sektor-sektor lain, seperti bidang penerbangan, kesehatan (biomedis), otomotif, pertanian, konstruksi, dan sebagainya.
Industri tekstil modern Indonesia diawali dengan berdirinya Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) pada tahun 1922. Sehingga telah mencapai satu abad atau 100 tahun di tahun 2022 ini. TIB merupakan cikal bakal institusi pelayanan jasa industri di lingkungan Kemenperin, yaitu Balai Besar Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri Tekstil (BBSPJIT) yang berlokasi di Bandung, yang juga membidani pendidikan vokasi tekstil tertua di Indonesia yang sekarang bernama Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung.
Untuk mendidik SDM yang terampil dan kompeten bagi industri TPT, Kemenperin melalui Politeknik STTT menyediakan Pendidikan vokasi hingga jenjang magister terapan (S2). Program ini merupakan magister tekstil pertama di Indonesia dan diharapkan dapat berkontribusi bagi kemajuan industri tekstil Indonesia dan memberi manfaat bagi pengembangan keilmuan tekstil maju atau smart textile. Hal ini sesuai dengan visi Politeknik STTT menjadi penyelenggara pendidikan vokasi industri yang excellence dan berdaya saing global di bidang tekstil dan produk tekstil pada tahun 2035.
Sesjen Kemenperin mengatakan, dukungan kementerian/lembaga melalui kanal-kanal informasi yang dimiliki akan mampu memperluas sebaran informasi mengenai kebijakan pengembangan industri serta Pemulihan Ekonomi Nasional yang sedang dijalankan saat ini, sehinga dapat tersampaikan dan diterima oleh masyarakat luas.
Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Hasyim Gautama yang mewakili Ketua Umum Bakohumas menyampaikan, Forum Tematik Bakohumas mengenai industri tekstil dapat memperkaya pemahaman insan humas kementerian/lembaga mengenai kebijakan dan program yang dijalankan Kemenperin. “Kinerja industri tekstil nasional dapat dilihat dari posisinya di kancah global. Dengan memperoleh informasi lebih lanjut mengenai kebijakan terkait industri TPT, diharapkan humas pemerintah dapat meningkatkan dukungan dan sinergi bagi keberhasilan program-program tersebut,” ujar Hasyim.
Pelaksanaan program peningkatan daya saing industri TPT mendapat sambutan positif dari para pelaku industri tekstil nasional. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ian Syarif menyampaikan, industri TPT di Indonesia yang saat ini telah lengkap dari hulu ke hilir perlu diberdayakan untuk memenuhi pasar dalam negeri, terlebih karena terdapat pasar domestik yang menjanjikan dengan adanya populasi yang besar. “Hal ini sejalan dengan visi API untuk mengembalikan puncak kinerja industri TPT Indonesia yang terintegrasi dari hulu,” tegas Ian.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Perindustrian Kris Sasono Ngudi Wibowo menyampaikan, kegiatan Forum Tematik Bakohumas “Perjalanan 100 Tahun Industri Tekstil di Indonesia” dilaksanakan di Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung yang merupakan sekolah vokasi milik Kemenperin. Sejumlah 60 peserta dari berbagai kementerian/lembaga mengikuti sesi diskusi dan kunjungan ke Lighthouse Politeknik STTT serta Balai Besar Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri Tekstil (BBSPJIT) Bandung.
Editor : Setia Naka Andrian