SEMARANG - Mahasiswa magang Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan webinar bertajuk “Berkarya Melalui Platform Digital” pada Selasa (11/10/2022), melalui aplikasi Zoom. Acara tersebut menghadirkan dua narasumber, Ahmad Abu Rifai, S.S., penulis buku Masakan & Ingatan, dan Mellyana Dhian Isfandhiary, S.S., penulis dan pengusaha penerbitan.
Acara tersebut merupakan bagian dari Seri Magang Berkarya, kolaborasi antara mahasiswa magang dari Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT). Peserta yang turut berpastisipasi dalam webinar yang dimoderatori Sania Nur SInta, mahasiswa FIB Undip, itu mencapai 185 orang, yang meliputi mahasiswa, pelajar, penikmat sastra, serta masyarakat umum dari berbagai daerah.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Ganjar Harimansyah, menyatakan bahwa Seri Magang Berkarya merupakan salah satu upaya pemberdayaan bagi mahasiswa magang. Mereka mengekspresikan kreativitasnya untuk menghasilkan produk atau karya yang diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa dan khalayak.
“Webinar ini sangat penting dan mampu membuka wawasan bagi para peserta karena saat ini dunia digital sudah memasuki sendi-sendi kehidupan manusia. Platform digital untuk berkarya merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dimungkiri lagi,” kata Ganjar dalam sambutan pengantarnya pada Selasa, 11 Oktober 2022.
Selain berkarya untuk kebutuhan sendiri, lanjut Ganjar, penulis juga berharap karyanya dapat dinikmati oleh khalayak ramai. Media digital memiliki rekam jejak yang tidak dapat dengan mudah dihapus, pendokumentasiannya sangat baik, bisa dibuka di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun.
“Kami berharap generasi muda mampu memanfaatkan dan memaksimalkan platform-platform digital untuk berkarya. Platform digital memiliki keleluasaan akses yang sangat baik sehingga memudahkan penggunanya dalam menambah wawasan,” jelasnya.
Ahmad Abu Rifai mengungkapkan bahwa kemajuan teknologi mampu membuka pelbagai kesempatan, termasuk dalam berkarya. Publikasi yang dahulu terbatas dan terpusat sekarang menjadi lebih bebas.
“Kita memiliki ruang yang lebih dari cukup untuk mengekspresikan diri. Tak lagi terhalang pakem, modal, dan akses informasi. Kita dapat memulai berkarya melalui media sosial pribadi yang tidak melulu bisa dipandang rendah. Terkadangada alasan tertentu yang justru membuat berkarya di medsos pribadi itu menjadi nilai tambah bagi sang penulis,” ungkap penulis yang pernah memenangi lomba penulisan esai Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah itu.
Lebih lanjut Abu menuturkan bahwa seorang penulis dalam berkarya di media digital, khususnya media sosial pribadi,juga harus menyajikan karya yang terbaik, bertanggung jawab pada karya yang ditulis di tiap platform, dan konsisten.
“Seorang penulis tidak boleh sewenang-wenang dengan menunjukkan kualitas bahasa yang buruk, apalagi dalam karya yang dibagikan kepada orang-orang karena bahasa memiliki dampak sosial. Kunci menulis memang harus belajar terus dan selalu menambah informasi tentang hal yang sedang tren. Penulis harus mampu memberikan nilai dalam tren tersebut sehingga tidak hanya sekadar ikut-ikutan, tetapi juga ikut menyumbang ilmu,” tambahnya.
Sementara itu, Mellyana Dhian Isfandhiary mengungkapkan bahwa terdapat berbagai kemudahan yang dapat diperoleh dari menulis di platform digital, yaitu self publishing (berkarya secara mandiri, tanpa seleksi), tidak perlu mengeluarkan uang, dan dapat berinteraksi dengan pembaca. Selain itu, penulis juga dapat bergabung dengan komunitas sesama penulis dengan mudah.
“Menulis juga bisa menjadi wadah personal branding.Setiap penulis tidak bisa langsung terkenal, membutuhkan proses. Platform menulis digital dapat menjadi wadah untuk memulai menulis dan salah satu media agar penulis pemula dapat dikenal oleh banyak orang,” ungkap Mbak Melly, sapaan akrabnya.
Menurut Melly, saat ini penerbit-penerbit yang memiliki karya best seller adalah penerbit yang menerbitkan novel dari platform menulis digital maupun karya dari media sosial, seperti Twitter. Niat, tujuan, motivasi yang jelas, dan konsisten merupakan kunci utama menulis di platform digital.
“Penulis harus berani mencoba, mengabaikan ketakutan, kekhawatiran, dan rasa tidak percaya diri dengan belajar otodidak,” tambah penulis novel Dear Imamku yang telah difilmkan itu.
Editor : Setia Naka Andrian
Artikel Terkait