SEMARANG, iNEWSDEMAK.ID – Memasuki hari ke-8 Ramadan, pengajian rutin akhir pekan yang dilaksanakan selama bulan suci di Masjid At-Taqwa Karonsih terasa berbeda. Pada Sabtu (8/3/2025), kehadiran Prof. Dr. KH. Abu Rokhmad, Guru Besar UIN Walisongo Semarang sekaligus Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, membawa nuansa baru dalam penyampaian Mauidhoh Hasanah kepada para jemaah dan santri dari Pondok Pesantren Al-Amanah Kota Semarang.
Pengajian dibuka dengan tadarus Al-Quran yang dipimpin Ustaz Dr. M. Rikza Chamami, pengasuh Pondok Pesantren Al-Amanah. Selain membaca Al-Quran, dia juga mengajarkan kajian kitab Tajridush Shorih Hadist Bukhori.
Kesempatan ini dimanfaatkan untuk melatih kemampuan membaca Al-Quran dan Hadist, khususnya bagi anak muda dan santri, agar kelak lebih siap terjun dalam aktivitas dakwah dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
"Membaca Al-Quran dan Hadist dalam majlis ini dapat melatih mental jemaah dan santri agar lebih siap ketika nantinya diminta untuk memimpin tahlil, berceramah, dan kegiatan lainnya," jelas Ustaz Dr. M. Rikza Chamami.
Selepas tadarus, acara dilanjutkan dengan ceramah inspiratif oleh Prof. Dr. KH. Abu Rokhmad. Dalam ceramahnya, dia menyoroti isu angka perceraian dan pernikahan di Indonesia, yang sangat relevan dengan tugasnya sebagai Dirjen Bimas Islam di Kementerian Agama RI.
Dia menyampaikan bahwa dalam Al-Quran, Allah SWT telah mendedikasikan satu surat khusus tentang keluarga, yaitu surat Ali Imran, sebagai landasan penting dalam memahami sejarah kemanusiaan yang tidak lepas dari institusi keluarga.
“Kisah-kisah dari nabi Adam, nabi Ibrahim bersama Siti Sarah dan Siti Hajar, serta nabi Nuh, diungkapkan untuk menggambarkan betapa esensialnya peran keluarga dalam relasi antarmanusia,” terangnya.
Prof. Dr. KH. Abu Rokhmad juga mengingatkan agar setiap individu senantiasa memprioritaskan perbaikan dan keharmonisan keluarga sebelum membantu orang lain. "Ketika hendak bersedekah, jangan melihat yang jauh. Bereskan dulu keluarga kita, sayangi mereka, baru melihat yang lain," ujarnya.
Menurutnya, pernikahan bukan hanya sekadar ikatan antara dua insan, melainkan juga merupakan kontribusi besar bagi kesejahteraan bangsa. Dalam membangun keluarga tangguh, faktor agama harus diutamakan sebelum pertimbangan ekonomi, karena cinta dan hubungan antar manusia tidak dapat diukur dengan materi semata.
Editor : Taufik Budi Nurcahyanto
Artikel Terkait