Dalam visitasinya, Menparekraf bertemu dengan anak-anak yang sedang latihan lompat batu di sebuah replika lompat batu kecil dan para pemuda yang melakukan lompat batu sungguhan. Anak-anak kecil di desa memang rutin melakukan latihan setiap pekan, agar tradisi lompat batu di Desa Hilisimaetanö tidak punah.
Usai melihat atraksi fahombo, Menparekraf Sandiaga menyaksikan sebuah ritual kuno famadaya harimao. Ritual ini dilaksanakan tiap 14 tahun sekali, dengan mengarak patung yang menyerupai harimau (lawölö fatao) untuk penyucian dan pembaharuan atas hukum-hukum adat yang berlaku di seluruh daerah Maniamölö. Setelah famadaya harimau selesai, dilanjutkan dengan membaca doa-doa kuno (fo'ere).
Desa ini juga memiliki tradisi kerajinan tangan atau kriya yang masih dilakukan sampai sekarang, diantaranya anyaman topi caping, pahatan, ukiran, dan pedang besi (manöfa). Dahulu, manöfa difungsikan sebagai alat perang masyarakat Nias. Kala itu ketika menang melawan musuh, kepala musuh akan disematkan pada ujung sarung pedang.
Hilisimaetanö juga memiliki kawasan persawahan yang terbesar di Nias Selatan sehingga potensi untuk menjadi kawasan agrowisata sangatlah besar. Menparekraf Sandiaga pun ingin mengembangkan potensi tersebut.
Editor : Setia Naka Andrian
Adat dan Budaya Adat dan Kebudayaan Desa Wisata Kebudayaan Indonesia Kebudayaan Daerah Kemenparekraf Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno Menteri Sandiaga menteri sandiaga uno Desa Wisata Hilisimaetano Hilisimaetano Kecamatan Maniamolo kabupaten nias selatan Sumatra Utara
Artikel Terkait