Ini Mahasiswa UNY yang Kenalkan Pempek di Jerman, dari Coba-Coba Jadi Bisnis

Erfan Erlin
Anysaufha Putri Kinanti, mahasiswa UNY yang kenalkan Pempek di Jerman. (Foto/Dok/Okezone/Erfan E).

JERMAN - Tak sedikit laku menarik bagi anak muda. Mereka selalu saja memiliki siasat-siasat untuk bergerak. Seperti yang kerap didengar, seruan sambil menyelam minum air. Itulah yang dilakukan oleh Anysaufha Putri Kinanti, salah satu mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Diketahui, ia adalah mahasiswi yang berkesempatan menempuh studi selama satu semester, di Jerman.

Tak sekadar belajar, kesempatan belajar di negeri Jerman ini juga ia manfaatkan untuk mengembangkan insting bisnisnya.

Di sela waktunya belajar di Jerman, ia mencoba memperkenalkan makanan tradisional asal Palembang, Pempek.

Aufa mengaku sangat beruntung, UNY memberinya kesempatan untuk menekuni bidang wirausaha. Dia terpilih mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) saat semester 4.

"Mungkin karena senang berwirausaha saya merasa excited saat berada di Jerman, jiwa wirausaha yang masih melekat kembali menggelora,"tutur dia.

Idenya memperkenalkan dan menjual makanan tradisional ini muncul ketika ia merasa rindu dengan makanan Indonesia tersebut. Saat itu, dengan perangkatnya, Aufa langsung mencari UMKM Indonesia melalui media sosial yang menjual Pempek.

Saat itu, pilihannya jatuh pada Pempek Bangik karena membuka pengiriman ke manapun termasuk ke Jerman.

Namun demikian, ia harus berpikir sekian kali mengingat ongkos kirim yang begitu besar untuk sampai ke Jerman.

"Kalau hanya memesan tiga sampai lima paket pempek, ongkos kirimnya ke Jerman mahal," kata dia.

Dan untuk mengurangi biaya ongkos kirim maka yang dilakukan adalah dengan memesan dalam jumlah yang panjang.

Untuk pengiriman ke Jerman, digunakan jasa titip bagasi pada orang Indonesia yang hendak berangkat ke Jerman dan membuka jasa titip bagasi.

Aufa kemudian memesan 20 paket yang terdiri dari pempek dan otak-otak ikan tenggiri.

Saat itu, ia hanya coba-coba menjual makanan tersebut ke rekan yang ia kenal di Jerman.

Dan tidak ada harapan lebih kecuali untuk menutup ongkos kirim.

"Awalnya tidak ada harapan lebih atas rencana untuk berdagang pempek di Jerman. Dan ternyata di luar dugaan, 20 paket pempek dan otak-otak habis terjual, tidak sampai satu pekan,"tambahnya.

Antusiasme akan pempek sangat tinggi, yang diperkirakan menjadi bentuk rasa rindu perantau Indonesia yang sedang di Jerman.

Pesananpun terus mengalir ke mejanya dari teman sesama warga Indonesia ataupun dari negara lain.

Akhirnya, Aufa memesan kembali pempek dari UMKM yang sama. Hingga kini sudah hampir 60 paket pempek terjual.

Pembeli tidak hanya dari orang Indonesia yang sedang merantau di Jerman namun juga ada salah satu negara lain.

"Pembeli saya ada yang dari Austria. Berapa pun ongkos kirim dari Jerman ke Austria akan dibayarnya [si pelanggan] demi merasakan nikmatnya makanan Pempek, yang dibuat langsung dari Indonesia," ungkapnya.

Usut punya usut, ternyata pelanggan Austria ini pernah ke Indonesia dan sangat menyukai kuliner nusantara termasuk Pempek.

Menurut pelanggan orang Austria tersebut, Pempek memiliki cita rasa kuliner sangat luar biasa.

Aufa mengaku tidak pernah membayangkan bisa mempraktikkan ilmu yang ia gali di perkuliahan, ternyata ke Jerman adalah satu di antara beberapa cita-cita Aufa. Dia pernah menulis impian di buku harian saat SMA dulu.

"Saya menulis keinginan belajar atau pergi ke Jerman," katanya.

Dalam benak Aufa saat masih remaja, tulisan dalam buku hariannya itu menyimpan harapan.

Hingga kemudian ia menjadi penerima beasiswa program ISAP 2022 (Internationale Studien-und Ausbildungspartnerschaften) di Westfälische Wilhelms-Universität, Münster.

Ia bertekad tak menyia-nyiakan beasiswa tersebut. Karena ada banyak harapan, kepercayaan dan doa dari banyak orang saat ia berangkat ke Jerman.

Pengalaman menjual pempek di Jerman ini menjadi hal yang sangat berharga bagi Aufa. Ia mengaku bisa belajar banyak hal yang baru.

Termasuk soal prosedur mengirim barang antar kota di Jerman, bahkan hingga antar negara.

"Jarak antar kota di Jerman tidaklah dekat. Kondisi ini menjadi suatu tantangan bagi saya. Saya berpikir mengenai teknik paket pempek dapat sampai dengan keadaan tidak rusak" tutupnya.

Editor : Setia Naka Andrian

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network