WASHINGTON D.C. - Kembali menggelar diskusi yang kali ini mengangkat tema tentang ilmu peternakanebinar, yakni Bincang Karya (Bianka), suatu wadah pertemuan dan komunikasi ragam bidang pendidikan, pengembangan, dan penelitian antara para ilmuwan, peneliti, dan akademisi asal Indonesia di tanah air. Seri ini merupakan seri terakhir Bianka pada semester 1 tahun 2022, yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington D.C., melalui Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Washington D.C. Acara digelar secara virtual, Selasa (5/7/2022).
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Washington D.C., Popy Rufaidah, menuturkan bahwa merintis Bianka adalah upaya KBRI di Washington D.C. untuk memasyarakatkan ilmu pengetahuan dan menarik minat anak-anak muda Indonesia melanjutkan pendidikan tingginya ke Amerika Serikat, khususnya pada bidang ilmu peternakan di perguruan tinggi ternama AS.
“Selain itu diharapkan juga akan lebih banyak lagi kerja sama riset dan pendidikan antara mahasiswa atau peneliti Indonesia dengan ahli bidang peternakan di Amerika,” tambah Atdikbud Popy.
Membuka acara ini, Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) di Washington, D.C., Rosan Roeslani, mengatakan, bahwa penelitian bidang ilmu peternakan sangat diperlukan negara yang bergantung pada produk peternakan. “Hal ini dalam rangka meningkatkan inovasi hasil peternakan ke depannya,” terangnya.
Sementara Direktur Beasiswa, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Dwi Larso yang juga turut hadir malam itu, mengungkapkan tantangan yang dihadapi pada bidang peternakan yaitu bagaimana cara menanggulangi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sedang menyerang hewan ternak di beberapa wilayah di Indonesia. Kondisi tersebut tidak hanya berimbas pada sektor perekonomian tetapi juga berdampak pada ekosistem dunia peternakan Indonesia.
Dwi menambahkan, jika wabah ini menjadi bukti pentingnya peran ahli ilmu peternakan (animal scientist) bagi kehidupan hewan dan manusia yang juga berdampak pada perekonomian dan masyarakat. “Perlu perhatian dan regulasi yang lebih agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak lagi menyerang Indonesia,” ujar Dwi.
Secara khusus, dua mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan studi master dan doktoral di dua universitas di Amerika Serikat diundang untuk membagikan pengalaman riset mereka. Agung Irawan, mahasiswa program doktor bidang Ilmu Peternakan (Animal Science) di Oregon State University memaparkan risetnya tentang penggunaan limbah industrial hemp dari hasil ekstraksi cannabidiol (CBD).
Agung mengatakan bahwa risetnya bertujuan sebagai asesmen menyeluruh yang meneliti aspek keamanan limbah hemp tersebut bagi ternak itu sendiri hingga untuk dikonsumsi manusia baik susu ataupun dagingnya. Hal itu mengingat profil nutrisi yang sangat baik yang dimiliki limbah tersebut namun tidak memiliki nilai ekonomi untuk saat ini.
“Apabila limbah ini dapat dijadikan pakan ternak, akan sangat menekan biaya pakan, yang secara umum mencapai lebih dari 50 persen dari seluruh biaya produksi untuk peternakan sapi perah,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Staci L. Simonich, Dekan dari College of Agricultural Sciences, Oregon State University. Staci menjelaskan, institusinya mempunyai banyak peneliti yang karya-karya risetnya telah banyak dikutip. “Institusi kami juga memiliki Global Hemp Innovation Centers dan Marine Mammal Institute yang berfokus pada konservasi mamalia laut,” ucap Staci.
Sementara itu, Dita Yulianingsih, yang saat ini tengah menyelesaikan studi masternya di bidang Animal Science di University of Maryland bercerita tentang riset yang saat ini sedang dikerjakan yakni studi prevalensi dari (bakteri) Salmonella Pullorum dan Gallinarum di unggas. Perhatian Staci tertuju pada tingginya tingkat kematian pada unggas muda akibat bakteri tersebut.
“Nantinya setelah saya mendapatkan isolat dari peternakan tersebut dan sudah dikonfirmasi untuk Pullorum dan Gallinarumnya, saya akan melakukan uji resistensi terhadap antibiotik terhadap dua bakteri tersebut dan nantinya kami akan mengembangkan pencegahan alternatif untuk penyakit Salmonella Pullorum dan Gallinarum,” terang Dita. Ia menerangkan, tim penelitiannya mengembangkan bakteri Lactobacillus casei dan memberikannya pada Unggas lalu melihat perkembangan survival dan virulensi dari Salmonella Pullorum dan Gallinarum.
Dita yang saat itu didampingi oleh Carol L. Keefer, Director of Graduate Program, University of Maryland, College Park, mengatakan bahwa ada beberapa bidang riset yang dilakukan fakultasnya. Meliputi Genetics and Cell Biology, Nutrient Utilization and Metabolism, Pathobiology, And Infectious Diseases, Reproduction and Development, serta Animal and Wellbeing.
Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Jamal Wiwoho, mengapresiasi terlaksanya seluruh seri webinar Bianka ini dan berharap informasi yang selama ini sudah disampaikan para pembicara dapat dimanfaatkan para peserta sebagai bahan pertimbangan melanjutkan studi ke Amerika Serikat maupun para peneliti yang akan melakukan penelitian dengan ahli-ahli dari luar negeri.
“Selamat, atas suksesnya seluruh seri webinar Bianka. Khususnya untuk edisi kali ini, semoga menjadi motivasi bagi para peneliti kita untuk berinovasi karena nyatanya banyak persoalan di bidang peternakan yang perlu mendapat perhatian,” tutur Jamal.
Bincang Karya seri ke-41 ini menghadirkan Dicky Tri Utama, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran sebagai moderator dan didapuk untuk memimpin jalannya kegiatan. Rekaman siaran langsung webinar Bincang Karya (BIANKA) Seri-41 Bidang Ilmu Peternakan dapat disaksikan melalui laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/youtube-watch-bk41.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara KBRI Washington, D.C. dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) serta Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI).
Editor : Setia Naka Andrian
Artikel Terkait