Apalagi keduanya sebelumnya merupakan karyawan dari perusahaan multinasional dengan karier yang cukup menjanjikan. Bahkan Firmansyah juga harus menghadapi kenyataan yang begitu dalam ketika kehilangan ibu dan adiknya ketika bencana tsunami terjadi pada tahun 2004 silam.
"Memang cukup berat, tapi suatu hari pikiran saya terbuka bahwa sejatinya orang tua saya tidak butuh kesedihan dari saya. Tapi bagaimana saya sebagai anak dapat bangkit, mendoakan, dan kemudian bisa memberikan manfaat yang luas bagi orang banyak dengan usaha yang kami bangun," kata Firmansyah.
Hal senada disampaikan Saiful Anwar, peserta AKI yang menghadirkan produk Madu Bang Unoe. Ia sebelumnya harus jatuh bertubi-tubi ketika membangun bisnis. Mulai dari jadi korban penipuan investasi, ditipu rekan kerja hingga rugi ratusan juta rupiah. Di tengah upaya bangkitnya, Saiful juga harus dihadapi kenyataan ia menderita penyakit kelenjar tiroid.
Menparekraf Sandiaga pun memuji jiwa pantang menyerah keduanya dan berharap kisah mereka dapat menginspirasi pelaku ekonomi kreatif lainnya. Baik di Banda Aceh maupun seluruh daerah di tanah air.
"Belajar dari cerita tsunami ini, bagaimana kita bisa membangkitkan ekonomi kita pascapandemi. Kalau dilihat, kita seluruh dunia menghadapi tsunami dengan pandemi, banyak yang kehilangan lapangan kerja, banyak yang kehilangan keluarga banyak yang kehilangan penghasilan. Tapi alhamdulillah kisah-kisah dari Bang Unoe, Bang Firman, dan Kadafi serta 27 peserta AKI ini menginspirasi kita. Jangan pernah takut untuk gagal, gagal adalah tangga menuju kesuksesan," ujar Sandiaga.
Editor : Setia Naka Andrian
Artikel Terkait