Rekannya yang juga mengenakan pakaian hitam mengambil cambuk besar untuk disabetkan ke tanah hingga menimbulkan suara layaknya petir. Tidak hanya sekali, pecut dengan gagang warna-warni itu dilecutkan ke empat arah mata angin.
Segenggam bunga taman dilempar ke udara. Suara gamelan makin riuh. Beberapa penari masuk ke arena, dan masing-masing membawa kuda lumping dari anyaman bambu. Mereka mengenakan pakaian adat dengan riasan di wajah.
Tarian keprajuritan dibawakan dengan apik. Bahkan dua anak kecil yang berada di antara barisan penari juga tak kalah energik dibanding penari remaja lainnya. Para penonton yang berlindung di bawah payung tak mau ketinggalan momen, dengan merekam video melalui kamera ponsel.
“Kami dari grup Kuda Lumping Sediyo Rukun asal Dusun Kemloko Desa Bergas Kidul. Jadi kami asli dari sini. Ada juga juga grup lain nanti ikut main,” ujar seorang penabuh gamelan yang enggan menyebut namanya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait