Begini Cara Nada Sumbang Tebar Kesederhanaan yang Menawan di Kampung Budaya Piji Wetan

Pipit Widodo
Nada Sumbang menyanyikan sejumlah lagu ciptaanya, dalam rangkaian tour "Jalan Pengembara", di Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) Kudus, Senin (6/6/2022).

KUDUS - Musisi folk asal Purbalingga, Jawa Tengah, Nada Sumbang atau biasa yang akrab disapa Kucel, tampil menawan di Kampung Budaya Piji Wetan, 
Desa Dawe Kabupaten Kudus.

Dalam rangkaian tour yang bertajuk "Jalan Pengembara: Sunyajen Alas", Nada Sumbang atau yang akrab disapa Kucel (28) menyambangi 30 kota dengan 3 fase dan Kudus menjadi kota ke 21 yang berarti menjadi fase terakhir, Senin (6/6/2022).

Nada Sumbang berhasil memukau penonton saat memainkan gitarnya di sore yang teduh di Panggung Ngepringan, Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW). Suaranya yang khas membuat penonton dan seniman lainnya khusuk mendengarkan musik dan lirik-lirik yang menyuarakan kegelisahan umat manusia sejak jaman dahulu. 

"Seperti pertanyaan klise, 'saya itu siapa, 'dengan cara bagaimana saya hidup', 'apa yang saya bawa'. Jadi, saya pernah mengalami pasang surut seperti semua manusia atau seniman alami. Ada yang memilih lanjut ada juga yang sebaliknya," tutur Kucel.

Kucel mengaku menggeluti musik sejak duduk di bangku SMP. Dia mulai berani menciptakan lagu sejak 2011 dan mulai berani tampil dengan nama Nada Sumbang sejak 2016. "Saya bermain musik itu sejak awal masuk SMP. Di 2011 saya mulai berani menciptakan lagu. Kemudian 2016 mulai berani melakukan perjalanan musik dengan nama Nada Sumbang," imbuhnya.

Berbeda dengan album keduanya yang bertajuk Keji (Kelana Jiwa) dan mengambil spirit tembang mocopat. Mulai dari Mijil, Maskumambang sampai Pucung. Album ketiga kali ini secara wacana lebih terkonsep dan matang.

"Ya, album ketiga ini lebih terencana dan beragam. Selain itu semoga tetap bertumbuh sampai perjalanan terakhir di Banyuwangi," ungkapannya.

Untuk penjualan album sebelumnya dia keliling dari lapak ke lapak sendiri dan dibantu sama teman-teman seniman lainya. Untuk album Keji, dia mencetak 100 keping. Setiap keping dia hanya mematok harga Rp40 ribu. Dan selama berkelana ia sudah menjual sekitar 60 keping. Selain membuat album solo, dia juga membuat karya seni yang tak kalah menarik, yakni cerita pendek (Cerpen), berisikan tentang alam dan kehidupan.

Kucel menuturkan bahwa harapannya dengan agenda tour Jalan Pengembara ini, banyak energi dan hal-hal baik yang dapat diambil dari berbagai kota dari berbagai individu.

"Kalau harapan praktisnya, semoga selesai perjalan bisa produksi album," kata Kucel. 

Sementara itu, budayawan serta salah satu perintis KBPW Jesy Segitiga mengatakan acara ini sebagai ajang bersilaturahmi yang kian hari kian pudar karena peran sosial media.

"Spirit dari Nada Sumbang ini, patut kita rawat. Menjaga tali silaturahmi dengan tetap menyambangi secara langsung. Berjabat tangan. Berpelukan. Tidak hanya lewat pesan singkat. Sehingga terasa lebih khidmat," tukasnya.

Selain itu, Jesy menambahkan bahwa acara ini sebagai wadah teman-teman pegiat seni nyambung roso.

"Seperti di posternya 'Sambang Sambung Sumbang', karena pertemuan adalah doa," tutur Jesy.

Selain penampilan Nada Sumbang, juga digelar berbagai lapak di lokasi acara. Di antaranya lapak buku, perpustakaan jalanan, DVD, minuman probiotik, aksesori yang semuanya hasil karya tangan sendiri.

Editor : Setia Naka Andrian

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network