Namun, rasa itu diurungkan karena sosok kakek yang kharismatik yang membuat nyali menciut meski hanya sekedar mendekatinya. Bahkan, ketika dipanggil dan duduk di pangkuannya masih tak berani menyampaikan jika ingin disuwuk karena sakit panas.
Biasanya kakek mengusap-usap rambut sambil beberapa kali mencium di ubun-ubun.
Nah, saat itulah kakek melakukan deteksi penyakit dan bilang kalau saya sakit panas atau yang lain. Bergegas kakek memanggil nenek untuk meminta garam grosok dan memulai ritual suwuk.
Tentu saya hanya diam dan hanya menuruti perintah kakek. Hingga suwuk selesai dan saya disuruh pulang. Saat perjalanan ke rumah, timbul rasa iseng dan penasaran dengan garam yang tersisa di ubun-ubun. Satu per satu butiran garam kasar itu diambil dan digigit, terasa asin.
Tanpa rasa jijik, hal itu dilakukan berulang kali hingga garam yang mulai lengket dengan rambut habis dimakan. Padahal sebelumnya sudah diwanti-wanti untuk membiarkan garam itu mencair atau jatuh tertiup angin.
Editor : Taufik Budi Nurcahyanto
Artikel Terkait