Namun, kata Suharyanto, untuk kewaspadaan masyarakat harus mengetahui bahwa Indonesia yang terletak di antara 3 lempeng tektonik (Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia) pun berpotensi mendapatkan ancaman tsunami megathrust misalnya di Pacitan, Pelabuhan Ratu, hingga Pandeglang.
“Dan Indonesia kan lempeng-lempengnya sangat besar, ancaman sama megathrust itu misalnya pacitan, pelawan ratu, pandeglang itu ada ya, tapi kan tidak ada, tidak ada yang bisa memastikan kapan itu terjadi. Nah kita harus meningkatkan kewaspadaan masyarakat,” katanya.
Suharyanto mengatakan, Indonesia sudah punya program Desa Tangguh Bencana, bahkan juga punya program dari Bank Dunia IDRIP.
“Artinya BMKG dengan BNPB itu sudah punya kerjasama, BMKG terkait dengan peringatan dini pakai alat-alat itu. Nah kemudian BNPB menyiapkan masyarakatnya, sehingga kalau terjadi dengan tsunami, masyarakat yang sudah dilatih ini bisa segera menyelamatkan diri.”
Suharyanto pun menjelaskan bahwa sudah ada skenario-skenario terkait potensi tsunami di sejumlah wilayah seperti di Pandeglang yang dari skenario BMKG bisa terjadi tsunami hingga 8 meter. Dengan skenario ini, kata Suharyanto, masyarakat akan dilatih kesiapsiagaan agar bisa menyelamatkan diri dari bencana.
“Contoh kalau misalnya di Pandeglang itu sampai 8 meter, prediksi ini simulasi ya latihan oleh BMKG, 8 meter itu punya waktu 80 menit untuk menyelamatkan diri, nah itu yang 80 menit yang kita latihkan terus dan tentu saja secara bertahap terus menerus, masyarakat yang berada di daerah-daerah rawan bencana ini harus memiliki kesadaran yang tinggi bahwa mereka berada di daerah bahaya, kalau terjadi peringatan dari BMKG, segera bisa menyelamatkan diri pada titik-titik yang ditutup,” katanya.
Editor : Arto Ary
Artikel Terkait