Rumah apung yang dibangun memiliki desain khusus agar mampu mengikuti perubahan ketinggian air laut. Sementara rumah amfibi didesain agar dapat mengapung bila rob datang, namun tetap stabil saat kondisi kering.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinperkim Nanang Tasunar David Narutomo menambahkan bahwa program rumah apung dan rumah amfibi menyasar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang tinggal di wilayah pesisir.
“Program ini bertujuan untuk menyediakan hunian yang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan, khususnya terkait banjir rob,” jelas Nanang.
Ia berharap rumah apung ini bisa menjadi jawaban atas persoalan yang selama ini mengganggu kehidupan masyarakat pesisir. Menurutnya, tak hanya sebagai tempat tinggal, rumah ini juga akan menjadi simbol keberlanjutan dan inovasi yang ramah lingkungan.
“Program ini dapat memberikan solusi jangka panjang bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di wilayah pesisir. Kami berharap pada tahun 2025, rumah apung ini dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap bencana dan meningkatkan kualitas hidup warga,” tegasnya.
Bantuan ini disambut antusias oleh warga. Mereka mengaku selama ini harus hidup dengan ketidakpastian karena rumah sering kebanjiran akibat rob. Dengan adanya rumah apung, mereka memiliki harapan baru untuk hidup lebih layak.
Editor : Taufik Budi Nurcahyanto
Artikel Terkait