Meskipun begitu, ia menilai penggarapan novel cantik itu luka cukup berhasil ditangkap oleh penonton. Melalui pentas tersebut, ia ingin menekankan bahwa sastra dapat menjadi jalan tengah yang bisa diterapkan dalam berbagai disiplin seni.
"Ini memang tabu, tetapi patut untuk diterapkan. Sastra bisa jadi jalan tengah yang semula tabu menjadi tidak tabu," tandasnya.
Jessy berharap pentas teater "Cantik itu luka" itu tidak hanya berhenti pada saat pertunjukan saja. Melainkan melibatkan penonton dapat ikut memberikan feedback ataupun kurasi sehingga pertunjukan teater bisa dihidupkan lagi.
"Harapannya penonton akan membuat kreasi juga sehingga pertunjukan tidak hanya selesai pada malam ini saja," harapnya.
Editor : Setia Naka Andrian
Artikel Terkait