Ada sekitar sepuluh saksi mata yang merelakan sepenuh mata, telinga, dan segenap hatinya untuk merayakan Jurasik #43 yang dibintangi oleh Laila Nuur Mutia itu. Hampir 80% hadirin angkat bicara semua. Bahkan ada yang tidak hanya sekali. Panjang-panjang pula yang disampaikan. Hingga semua itu, membuat Laila Nuur Mutia cukup cemas, dalam hati, kapan aku pulang, kapan aku pulang kalau kalian tak ada berhentinya bertanya, berbicara.
Kian malam, kian larut hadirin dalam hangat perbincangan. Meski awalnya Laila Nuur Mutia juga sangat khawatir, sebab sebelumnya turun hujan. Ia cemas, kiranya acara akan jadi atau tidak. Namun, Akhmad Sofyan Hadi, sang moderator menyampaikan kepadanya, “Semua akan tetap berjalan. Akan tetap digas, apa pun yang terjadi.” Laila Nuur Mutia dan seksi apa saja malam itu, yakni Sindhu Praba pun kian tenang. Meski sesungguhnya masih was-was pula. Takut hujan lebat, takut BKR kebanjiran. Seperti yang sempat yang terjadi saat dulu itu. Pas ketika Jurasik, hujan lebat dan air memenuhi lantai BKR. Masuk, air-air itu turut serta pentas.
Selanjutnya, inilah hal terakhir yang akan aku sampaikan dalam catatan kecil ini. Hal terakhir yang juga ada dalam rahasia, yang tentu sangat kami bicarakan serius dalam percakapan. Yang kami gelisahkan saat percakapanku yang patah-patah dengan Laila Nuur Mutia dalam pesan singkat. Yakni tantangan yang ditawarkan hadirin, bahwasanya selepas bergelut dalam modern dance ini, lalu mau ke mana?
Maka sampailah perbincangan pada wilayah tradisional. Apakah kiranya trasdisional itu akan menjadi pijakan, akan menjadi pondasi untuk menemukan bentuk baru atas bekal tubuh “modern” yang selama ini telah digeluti. Atau barangkali akan merekonstruksi ulang, atau bahkan mendekonstruksi?
Jawaban selanjutnya selepas ini, kita serahkan kepada Laila Nuur Mutia. Kita tunggu saja. Selepas ia berproses dengan Teater Atmosfer, lalu ia akan mengerjakan PR apa? Penciptaan apa yang akan ia gerakkan selanjutnya? Tentunya segala itu kita harapkan bukan kerja penciptaan yang biasa-biasa saja. Tentunya bukan pula pekerjaan atas tuntutan kerja saja. Dan, kami semua malam itu telah meyakini. Bahwa Laila Nuur Mutia telah begitu menaruh kesadaran lebih atas kedua wilayah itu. Mana kerja materialisme, mana kerja idealisme.
Editor : Setia Naka Andrian
moderndance dance Tari tarimodern seni seniman senitari senimantari moderen anakmuda youthmovement Youth Space Youth Centre GenerasiMuda Diskusi proseskreatif Ajang Kreativitas geraktubuh teatergerak teater pertunjukan pertunjukantari pertunjukantarimodern Kendal jawatengah Indonesia penariindonesia penarijawatengah penarijawa tarijawa
Artikel Terkait