Meninggalkan Dunia Sebelum Dunia Meninggalkan Kita, Renungan dalam Kitab Nashoihul Ibad

SEMARANG, iNEWSEMAK.ID – Ustaz Budi Hidayat, Wakil Ketua LDK (Lembaga Dakwah Komunitas) - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, dalam kultum yang disampaikan di Masjid RS Roemani Semarang pada Senin, 3 Maret 2025, mengulas salah satu nasihat dari kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi Al-Bantani. Dalam kitab tersebut, terdapat pesan yang dinukil dari Imam Yahya bin Mu’adz mengenai tiga golongan manusia yang beruntung:
1. Orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya
2. Orang yang membangun kuburnya sebelum ia memasukinya
3. Orang yang telah mendapatkan rida Allah sebelum bertemu dengan-Nya di hari kiamat
Di hadapan ratusan jemaah, Ustaz Budi Hidayat, menyampaikan pesan yang berasal dari Imam Yahya bin Mu’adz tentang tiga golongan manusia yang beruntung. Ustaz Budi menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah tujuan utama bagi setiap muslim. Ia mengingatkan jemaah agar tidak tertipu oleh gemerlap dunia yang sifatnya fana.
1. Meninggalkan Dunia Sebelum Dunia Meninggalkannya
Ustaz Budi Hidayat menjelaskan bahwa meninggalkan dunia bukan berarti meninggalkan kehidupan secara fisik, melainkan tidak terikat pada harta benda dan kemewahan duniawi. Saat seseorang meninggal, semua yang dimilikinya—rumah, jabatan, harta, bahkan keluarga—tidak akan dibawanya ke alam kubur. "Istri yang menangis saat suaminya meninggal, mungkin dalam beberapa bulan sudah mulai melupakan, bahkan mungkin sudah menikah lagi dengan orang lain," ujarnya. Oleh karena itu, beruntunglah orang yang sejak awal sudah melepaskan keterikatannya dengan dunia dan lebih fokus pada kehidupan akhirat.
2. Membangun Kuburan Sebelum Memasukinya
Membangun kuburan bukan berarti secara fisik membuat makam sendiri, tetapi mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Ustaz Budi menganalogikan dengan seorang yang akan pensiun. "Orang yang ingin pensiun dengan nyaman pasti menyiapkan rumah, kendaraan, dan tabungan sejak masih bekerja," katanya. Demikian pula dengan kehidupan setelah mati—orang yang hanya sibuk membangun dunia tapi melupakan akhirat akan rugi ketika wafat karena tidak memiliki bekal amal saleh.
3. Mendapatkan Rida Allah Sebelum Bertemu dengan-Nya
Setiap manusia akan bertemu Allah di hari kiamat. Namun, yang paling beruntung adalah mereka yang sudah mendapatkan rida-Nya sebelum saat itu tiba. Segala aktivitas hendaknya diniatkan untuk mencari rida Allah. Ustaz Budi memberikan contoh dalam perdagangan.
"Jika seorang pedagang mengurangi timbangan satu ons dari satu kilogram yang seharusnya, kira-kira Allah rida atau tidak? Tidak. Tapi kalau justru menambah satu ons, Allah rida," jelasnya. Oleh karena itu, segala perbuatan harus dilakukan dengan niat baik agar mendapatkan rida-Nya.
Sebagai penutup, Ustaz Budi mengisahkan tentang Abu Sufyan, yang awalnya merupakan musuh Islam namun kemudian menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW. Saat menjelang wafat, keluarganya menangis. Namun, ia berkata, "Jangan menangis, karena setelah saya masuk Islam, saya tidak pernah melakukan maksiat. Saya yakin Allah sudah rida pada saya."
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan berusaha mendapatkan rida Allah tidak akan takut menghadapi kematian.
Editor : Taufik Budi Nurcahyanto