“Untuk menginternasionalisasi bahasa Indonesia di tingkat yang lebih luas maka kita menggunakan Lembaga Kajian Nusantara Raya (LK Nura). Selain itu, kami juga melakukan pengembangan lokalitas seperti istilah penginyongan,” tutur Roqib.
Menyambut baik kegiatan perdana yang dilaksanakan oleh LK Nura sebagai salah satu lembaga baru di lingkungan UIN Saizu, Roqib mengungkapkan terima kasih kepada Badan Bahasa. "UIN Saizu berterima kasih kepada Badan Bahasa karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berbuat lebih banyak dalam mengekspresikan apa yang kita miliki. Harapannya sesuai yang sudah disepakati yaitu untuk maju dalam rangka membawa sisi budaya lokal penginyongan Jawa Tengah bagian barat," terang Roqib.
Selanjutnya, diungkapkan Roqib, kegiatan ini menjadi realisasi dari Perjanjian Kerja Sama yang telah ditandatangani awal tahun 2022 dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek ,serta Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. “Kami berharap UIN Saizu dapat menjadi kampus yang mewadahi serta mengembangkan warna lokalitas, khususnya penginyongan, dalam khazanah sastra di Indonesia,” tutur Roqib.
Sementara itu, Ahmad Tohari, budayawan dan penulis sastra asal Banyumas, menyampaikan gagasannya seputar lokalitas dan perannya dalam karya sastra. Menurutnya, sejak dulu hingga kelak di masa yang akan datang, warna lokalitas kedaerahan merupakan hal yang akan selalu tumbuh dalam dunia sastra Indonesia. “Karyanya yang melegenda misalnya, Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk adalah contoh nyata. Selain itu, ada sederet nama penulis senior hingga penulis muda di zaman kiwari yang masih setia mengangkat tema-tema kedaerahan,” jelas Tohari.
Editor : Setia Naka Andrian
Artikel Terkait