Ironi Catwalk di Desa Tenggelam: Perempuan Nelayan Demak Melawan Krisis Iklim

Taufik Budi
Ironi Catwalk di Desa Tenggelam: Perempuan Nelayan Demak Melawan Krisis Iklim (Taufik Budi)

Banyak warga yang awalnya bekerja sebagai petani kemudian beralih menjadi nelayan karena lahan pertanian mereka tenggelam. Namun, menjadi nelayan pun tidak mudah karena laut kini dipagari, membatasi akses mereka untuk mencari ikan. Lebih dari itu, sebagian besar pendapatan mereka habis untuk meninggikan rumah demi bertahan dari ancaman air pasang.  

Tak hanya itu, cara berpakaian warga pun berubah karena kondisi lingkungan. "Dulu mereka bisa berpakaian biasa, tetapi sekarang harus memakai kantong plastik sebagai sepatu boot darurat untuk menghindari air yang terus merendam," kata Leya.  

Jembatan kayu yang digunakan sebagai catwalk adalah hasil gotong royong warga, dibuat dari kayu-kayu bekas rumah yang tenggelam. Dengan panjang sekitar satu kilometer, jembatan ini menjadi satu-satunya akses bagi warga untuk keluar dari desa.  

Leya menegaskan bahwa adaptasi yang dilakukan warga ini adalah bentuk ketahanan yang luar biasa. "Kami menyebutnya 'adaptasi rakyat', tetapi ini bukan sesuatu yang bisa terus dibiarkan. Mereka bertahan karena terpaksa, bukan karena mereka ingin. Krisis iklim seharusnya mendapat perhatian serius dari semua pihak," katanya.  

Editor : Taufik Budi Nurcahyanto

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network