get app
inews
Aa Read Next : Satpam Kembalikan Emas 500 Gram Milik Penumpang di Stasiun Tawang, Jenderal Polisi Beri Pujian

Dari Pandemi ke Posyandu Satelit: Strategi Lawan Stunting, Mengamankan Masa Depan

Selasa, 26 September 2023 | 14:53 WIB
header img
Dari Pandemi ke Posyandu Satelit: Strategi Lawan Stunting, Mengamankan Masa Depan (Ist)

SEMARANG, iNewsDemak.id – Cahaya matahari masih menyengat setelah membakar Kota Semarang, Jawa Tengah. Banyak orang memilih berlindung dan tinggal di dalam rumah karena takut kulit terbakar. Tetapi, hal ini tak berlaku untuk Murwani Rahayu, seorang perempuan paruh baya.

Dia mengingat Kamis 21 September adalah jadwal Posyandu Satelit di RT 2 RW 3 Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Meskipun kini tinggal di RW 8, perempuan berusia 56 tahun itu masih merasa memiliki kewajiban untuk hadir.

"Saya kini tinggal di RW 8, tetapi masih memegang jabatan Ketua Posyandu RW 3. Jadi, setiap kali ada Posyandu Satelit, saya harus hadir, melintasi RT satu per satu," kata Muwarni, yang sering dipanggil Bu Mur oleh warga sekitarnya.

Muwarni telah lama menjadikan perannya sebagai seorang kader Posyandu sebagai panggilan jiwa. Dia tidak pernah tergoda untuk menunda tugas mulianya. Dengan berkas-berkas di tangan, Muwarni melangkah cepat untuk bertemu dengan balita-bayi yang dianggap sebagai anak-anaknya.

Matahari yang terik justru memperkuat harapannya untuk membawa sinar kehidupan bagi anak-anak yang menjadi fokus perjuangannya. Dedikasinya dipersembahkan demi kesehatan generasi penerus.

"Jadwal Posyandu Satelit di RW 3 sangat saya hafal. Ada tujuh RT di sini. RT 1 memiliki jadwal Minggu pertama setiap pekan, RT 2 pada Kamis pekan ketiga atau keempat, RT 3 terkadang di pagi atau sore, tanggalnya akan diumumkan melalui WhatsApp," papar dia.

"RT 4 diadakan setiap Selasa pekan kedua, sementara RT 5 dan RT 6 di Minggu kedua. RT 5 di pagi hari, sementara RT 6 di sore hari. RT 7 dilaksanakan pada Sabtu pekan pertama," tambah Bu Mur.

Awalnya, Posyandu Balita di tingkat RW hanya diadakan satu kali sebulan. Namun, pada 7 Maret 2020, kegiatan ini dihentikan akibat Pandemi COVID-19.

"Dulu Posyandu diadakan setiap tanggal 7, dan 7 Maret menjadi kegiatan terakhir. Pada tanggal 11 Maret, WHO mengumumkan status pandemi COVID-19, dan sejak saat itu, tidak ada lagi kegiatan Posyandu," ungkapnya.

Namun, Murwani Rahayu tidak menyerah. Terlebih pada akhir 2021, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (FKM Undip) menyelenggarakan sosialisasi tentang Posyandu Satelit. Dia ikut sebagai salah satu peserta yang mendapat pemahaman tentang Posyandu dengan pola agak berbeda.

"Alhamdulillah, kami dari tujuh RT ini menerima bantuan peralatan lengkap untuk Posyandu, termasuk timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan, baik yang digunakan saat tidur maupun berdiri. Kami langsung memanfaatkan bantuan tersebut untuk membuka Posyandu di setiap RT," ujar Muwarni bersemangat.

Pada awal 2022, Posyandu Satelit mulai dilaksanakan dan mendapat sambutan antusias warga Lamper Tengah, Semarang Selatan. Dengan adanya Posyandu Satelit, warga tidak perlu lagi melakukan perjalanan jauh agar balita bisa mendapatkan layanan kesehatan yang penting.

"Peralatan yang disediakan sangat lengkap, termasuk pita pengukur lingkar lengan atas (LILA) dan lingkar kepala (LIKA). Setiap RT sepakat untuk mengatur jadwal operasi Posyandu Satelit sendiri," jelasnya.

Lebih Dekat

Selain mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat, Posyandu Satelit juga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada balita. Sebab, sebelumnya Posyandu melayani sekitar 50 anak dalam kurun waktu kurang dari 3 jam.

"Sekarang, suasana menjadi lebih santai. Setiap sesi Posyandu Satelit hanya melayani sekitar 10 balita atau lebih sedikit. Hal ini membuat proses penimbangan, pengukuran tinggi badan, dan penyuluhan Bina Keluarga Balita (BKB) menjadi lebih efektif dan nyaman. Kami membuka layanan pada pagi hari mulai pukul 08.30 hingga 11.00 WIB, dan pada sore hari setelah Salat Asar," tambahnya.

Keberhasilan Posyandu Satelit juga didukung semakin banyaknya masyarakat yang terlibat sebagai kader. Meskipun menjadi kader adalah pekerjaan sosial tanpa bayaran, semangat mereka untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik tidak pernah luntur.

"Bahkan ada seorang ibu yang pernah mengejar pendidikan bidan, dan sekarang dia menjadi seorang ibu rumah tangga yang juga menjadi kader Posyandu. Dia memiliki peran penting dalam membantu dan mengedukasi warga, serta memberikan informasi kepada sesama kader," tambahnya.

Meskipun terkendala terbatasnya dana, namun dengan pengelolaan yang bijak mereka mampu menjalankan program Posyandu Satelit. Hanya ada dana sekitar Rp350 ribu setiap bulan yang dikelola oleh RW untuk alokasi Posyandu.

"Warga yang datang memberikan sumbangan sukarela, seperti Rp1.000 atau Rp2.000, dan kami menerimanya dengan senang hati. Dana ini digunakan untuk operasional Posyandu dan memberikan makanan tambahan kepada balita yang mengikuti program," jelas Muwarni.

Dia menganggap pendekatan lembut dalam memberikan edukasi kepada warga sebagai hal yang penting dalam pelayanan Posyandu. "Misalnya, jika berat badan seorang anak tidak sesuai dengan tabel Kartu Menuju Sehat (KMS), kami harus berbicara dengan lembut agar tidak menyakiti perasaan mereka. Ini penting agar mereka merasa nyaman dan terus mengikuti program Posyandu."

Posyandu Satelit dianggap efektif karena lebih dekat dengan masyarakat dan memberikan pelayanan yang komprehensif. Hal ini menjadikannya sebagai alat yang ampuh untuk mendeteksi dan menangani stunting. Suatu permasalahan kesehatan penting bagi anak-anak di banyak daerah.

"Dengan Posyandu Satelit, kami dapat dengan mudah mendeteksi jika ada anak yang memiliki berat badan di bawah standar. Jika mereka berada dalam zona kuning atau bahkan di bawah garis merah, mereka memerlukan perhatian khusus. Alhamdulillah, di tempat kami, semua balita dalam kondisi normal, tidak ada yang mengalami stunting," tegas Muwarni.

Biaya Terjangkau

Pelaksana Utama dan Inisiator Posyandu Satelit dari FKM Undip, Dr. dr. Sri Achadi Nugraheni, M.Kes, menjelaskan bahwa keterlibatan aktif masyarakat sangat penting untuk kesuksesan program Posyandu Satelit. Biaya untuk mendirikan Posyandu Satelit relatif terjangkau, yaitu sekira Rp700 ribu.

"Jadi, warga di RT atau dasawisma dapat berkontribusi dengan iuran yang tidak terlalu besar, sekitar Rp10.000 dalam satu atau dua bulan. Dengan uang tersebut, mereka dapat membangun Posyandu Satelit. Saat ini, sudah ada sekitar 50 Posyandu Satelit di Semarang," kata Sri Achadi Nugraheni.

Program ini telah menyebar ke 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, dengan total 1.260 Posyandu Satelit. Bahkan, Posyandu Satelit menarik minat dari luar Jawa untuk dikembangkan di Kalimantan dan Sulawesi guna mengurangi angka stunting.

"Salah satu kesulitan utama dalam mengurangi angka stunting adalah pengukuran yang akurat. Untuk itu, kita memerlukan alat ukur yang benar, cara pengukuran yang benar, serta interpretasi yang benar. Diperlukan juga pendidikan tentang hasil pengukuran ini," jelas Sri Achadi Nugraheni.

"Jika data stunting tidak valid, akan sangat sulit untuk mengurangi angka stunting. Kita memerlukan kerja sama lintas sektor yang benar-benar memahami stunting dan tahu cara mengatasinya," tambahnya.

Zero Stunting

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam, mengungkapkan bahwa stunting masih merupakan tantangan serius yang perlu diatasi. Stunting adalah kondisi kronis di mana pertumbuhan fisik anak-anak terhambat akibat kekurangan gizi yang berkepanjangan.

"Saat ini, terdapat sekitar 1.100 anak yang mengalami stunting secara akumulatif," ujarnya.

Tingginya angka stunting menjadi perhatian serius pemerintah daerah dan pemerintah pusat karena pentingnya memastikan bahwa anak-anak tumbuh sehat dan kuat. Upaya mengatasi masalah stunting di Kota Semarang melibatkan berbagai pihak.

“Dengan dibantu oleh Posyandu Satelit ini mudah-mudahan bisa membuat angka stunting bisa turun. Sesuai dengan arah dari pemerintah pusat dan arahan Ibu Wali Kota (Hevearita Gunaryanti Rahayu), di 2024 angka stunting harus zero stunting,” katanya.

Hakam juga menyebut bahwa Posyandu memiliki peran besar dalam menurunkan angka stunting. Namun, tingkat partisipasi warga dalam program Posyandu belum optimal, sehingga dukungan dari berbagai pihak masih sangat dibutuhkan.

"Saat ini, ada sekitar 1.600 Posyandu yang tersebar di Kota Semarang. Jumlah ini akan bertambah dengan munculnya Posyandu Satelit yang didukung oleh swadaya masyarakat," kata Hakam.

"Untuk mendukung Posyandu Satelit, setiap tahun, para kader harus memiliki buku catatan (log book) untuk mencatat kegiatan, peristiwa, dan informasi penting. Di Kota Semarang, kami telah memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi para kader setiap tahun," pungkasnya.

 

 

Editor : Taufik Budi Nurcahyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut