Kue Apem hingga Doa Bersama, Warga Salatiga Rayakan Punggahan Sambut Ramadan

Sebelum menggelar punggahan, warga setempat juga melakukan tradisi nyadran, yakni membersihkan makam leluhur, berdoa bersama, serta berkomitmen untuk menjauhi perbuatan yang kurang baik selama Ramadan.
"Punggahan juga menjadi ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan. Selain itu, tradisi ini mempererat tali silaturahmi antarwarga, yang diwujudkan dengan makan bersama setelah berdoa," imbuhnya.
Sementara itu, tokoh agama setempat, Ustadz Zuhri, menjelaskan bahwa punggahan biasanya dilaksanakan antara satu minggu hingga dua hari sebelum hari pertama puasa Ramadan.
Menurutnya, punggahan memiliki makna yang luas, terutama sebagai pengingat bagi umat Islam agar lebih mempersiapkan diri dalam menyambut bulan penuh berkah.
"Tradisi ini juga mengingatkan masyarakat untuk segera melunasi kewajiban ibadah, seperti membayar fidyah atau mengganti puasa tahun lalu yang tertunda karena halangan," jelas Zuhri.
Dengan adanya tradisi ini, masyarakat Salatiga tidak hanya melestarikan budaya leluhur, tetapi juga semakin siap secara spiritual dalam menjalani ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan.
Editor : Taufik Budi Nurcahyanto