COLOMBO - Aksi massa menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri berakhir ricuh.
Dilansir dari ABC News, aksi massa yang berujung ricuh itu terjadi pada Sabtu (28/5/2022). Massa yang berkemah di luar kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa itu,telah memasuki hari ke-50.
Polisi di Sri Lanka menembakkan gas air mata ke arah massa. Polisi juga menembakkan meriam air untuk membubarkan para demonstran yang mencoba mendekati kantor presiden.
Polisi membubarkan rapat umum dan menahan tiga orang sebentar sebelum membebaskan mereka.
Sri Lanka hampir bangkrut dan telah gagal membayar pinjaman luar negerinya. Negara itu sedang berjuang melawan kekurangan barang-barang penting seperti gas untuk memasak, bahan bakar dan obat-obatan.
Cadangan mata uang asing negara itu juga menyusut dan hanya cukup untuk membayar kebutuhan impor yang dibutuhkan selama dua minggu.
Pihak berwenang bulan lalu mengumumkan telah menangguhkan pembayaran utang luar negeri hampir 7 miliar dolar AS yang akan dilunasi tahun ini.
Sri Lanka harus membayar 25 miliar dolar AS hingga 2026. Total utang luar negeri negara kepulauan di Samudra Hindia itu mencapai 51 miliar dolar AS.
Para pengunjuk rasa meminta Rajapaksa dan keluarganya bertanggunga jawab atas krisis ekonomi di negara itu. Massa menuduh presiden dan keluarganya korupsi.
Editor : Pipit Widodo