SEMARANG – Didapati tantangan tersendiri pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam menyambut Era Industri 4.0 menghadapi Society 5.0. Menyikapi hal tersebut, program studi S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menyelenggarakan Sering (Seminar Daring) dengan tajuk 100 Doktor UPGRIS dalam rangka Dies Natalis UPGRIS ke-41 pada 2022 ini.
Kali pertama diselenggarakan Sering #10 dengan megangkat tema “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Geliat Era Industri 4.0, dengan menghadirkan pembicara Dr. Ika Septiana, S.Pd., M.Pd. (Dosen Prodi S-2 PBSI UPGRIS) dan Dr. Nazla Maharani Umaya, M.Hum. (Sekretaris Prodi S-2 PBSI UPGRIS), serta dengan moderator Yuli Kurniati Werdiningsih, S.S., M.A., yang terselenggara pada Rabu (22/6/2022).
Pada kesempatan tersebut, Ika Septiana memaparkan mengenai Digitalisasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. “Kiranya pembelajaran yang dilakukan pada saat ini terutama saat pandemi, kita sepenuhnya memanfaatkan teknologi digital,” ungkap Ika.
Menurutnya, ada enam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada Era Revolusi Industri 4.0, di antaranya membantu siswa dalam belajar, memberikan kesempatan siswa untuk berkembang dan berprestasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), melek teknologi, dan menjadi guru efektif.
“Kemudian ada dua tipikal outcomes pendidikan, yakni knowing dan being. Adapun knowing berupa pemahaman pengetahuan yang diberikan dan being pada pengimplementasian atau pemanfaatan dalam kehidupan keseharian,” tutur Ika, dalam kesempatannya mempresentasikan materi.
Lebih lanjut, Nazla Maharani Umaya menyampaikan materi berjudul “Menengok yang Terlewat pada Pembelajaran Sastra Indonesia dalam Geliat Era Industri 4.0”. Dalam hal itu, Nazla berupaya mengajak para pengajar untuk dapat membuka cara pandang pembelajaran. Yang tentu baginya, saat ini, semua orang yang terlibat dalam dunia pendidikan menjadi sangat penting dan saling berkaitan serta saling mendukung.
“Kiranya kita telah harus memasukkan banyak hal untuk satu kegiatan yang mengikuti perkembangan teknologi. Memanfaatkan segala aspek. Apa pun yang terjadi, pendidikan tidak bisa diselesaikan sendiri. Pasti akan bersinggungan dan berkaitan dengan berbagai hal lain,” ungkap Nazla.
Baginya, Era Revolusi Industri 4.0 membawa nuansa perubahan cara pandang terhadap pendidikan hingga jauh pada yang lebih esensial, “Yakni cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri dalam menghadapi semua tantangan dengan persiapan kualifikasi dan kompetensi guru sebagai perwujudan kompetensi abad 21,” tutur Nazla.
Dr. Harjito, M.Hum., Ketua Prodi S-2 PBSI UPGRIS menyampaikan, bahwasanya selepas ini masih ada lagi satu rangkaian Sering yang akan terselenggara dalam rangka Dies Natalis UPGRIS ke-41. “Akan ada kemudian rangkaian Sering #11 pada 15 Juli mendatang, yang akan membahasa mengenai Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Wacana Menghadapi Era Society 5.0, dengan salah satu pembicara Dr. Sri Suciati, M.Hum., Rektor UPGRIS,” pungkas Harjito.
Editor : Setia Naka Andrian