Tiga tahun kemudian, pada 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Momen ini mengguncang tatanan dunia, dan dalam kekosongan yang tercipta, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Pemicu utama terjadinya pertempuran ini adalah ketika pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang dari Cepiring ke Bulu. Namun, di tengah perjalanan para tawanan ini melarikan diri, bergabung dengan pasukan Kidō Butai di bawah Jenderal Nakamura dan Mayor Kido. Pasukan Kidō Butai, yang berjumlah sekira 2.000 orang dikenal karena keberaniannya. Mereka bergabung dengan pasukan Kidō Butai di Jatingaleh untuk mencari perlindungan.
Pada 14 Oktober 1945, pasukan pemuda dari rumah sakit mendapat instruksi untuk memeriksa kendaraan Jepang yang melintas di depan RS Purusara. Mereka berhasil menyita kendaraan milik Kempetai dan merampas senjata dari Tentara Jepang.
Namun sore harinya, Tentara Jepang melancarkan serangan mendadak dengan senjata lengkap dan merampas delapan anggota Polisi Istimewa yang sedang menjaga sumber air minum warga di Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidō Butai di Jatingaleh.
Editor : Taufik Budi Nurcahyanto