SEMARANG, iNewsDemak.id – Cahaya matahari masih menyengat setelah membakar Kota Semarang, Jawa Tengah. Banyak orang memilih berlindung dan tinggal di dalam rumah karena takut kulit terbakar. Tetapi, hal ini tak berlaku untuk Murwani Rahayu, seorang perempuan paruh baya.
Dia mengingat Kamis 21 September adalah jadwal Posyandu Satelit di RT 2 RW 3 Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Meskipun kini tinggal di RW 8, perempuan berusia 56 tahun itu masih merasa memiliki kewajiban untuk hadir.
"Saya kini tinggal di RW 8, tetapi masih memegang jabatan Ketua Posyandu RW 3. Jadi, setiap kali ada Posyandu Satelit, saya harus hadir, melintasi RT satu per satu," kata Muwarni, yang sering dipanggil Bu Mur oleh warga sekitarnya.
Muwarni telah lama menjadikan perannya sebagai seorang kader Posyandu sebagai panggilan jiwa. Dia tidak pernah tergoda untuk menunda tugas mulianya. Dengan berkas-berkas di tangan, Muwarni melangkah cepat untuk bertemu dengan balita-bayi yang dianggap sebagai anak-anaknya.
Matahari yang terik justru memperkuat harapannya untuk membawa sinar kehidupan bagi anak-anak yang menjadi fokus perjuangannya. Dedikasinya dipersembahkan demi kesehatan generasi penerus.
"Jadwal Posyandu Satelit di RW 3 sangat saya hafal. Ada tujuh RT di sini. RT 1 memiliki jadwal Minggu pertama setiap pekan, RT 2 pada Kamis pekan ketiga atau keempat, RT 3 terkadang di pagi atau sore, tanggalnya akan diumumkan melalui WhatsApp," papar dia.
"RT 4 diadakan setiap Selasa pekan kedua, sementara RT 5 dan RT 6 di Minggu kedua. RT 5 di pagi hari, sementara RT 6 di sore hari. RT 7 dilaksanakan pada Sabtu pekan pertama," tambah Bu Mur.
Awalnya, Posyandu Balita di tingkat RW hanya diadakan satu kali sebulan. Namun, pada 7 Maret 2020, kegiatan ini dihentikan akibat Pandemi COVID-19.
"Dulu Posyandu diadakan setiap tanggal 7, dan 7 Maret menjadi kegiatan terakhir. Pada tanggal 11 Maret, WHO mengumumkan status pandemi COVID-19, dan sejak saat itu, tidak ada lagi kegiatan Posyandu," ungkapnya.
Namun, Murwani Rahayu tidak menyerah. Terlebih pada akhir 2021, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (FKM Undip) menyelenggarakan sosialisasi tentang Posyandu Satelit. Dia ikut sebagai salah satu peserta yang mendapat pemahaman tentang Posyandu dengan pola agak berbeda.
"Alhamdulillah, kami dari tujuh RT ini menerima bantuan peralatan lengkap untuk Posyandu, termasuk timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan, baik yang digunakan saat tidur maupun berdiri. Kami langsung memanfaatkan bantuan tersebut untuk membuka Posyandu di setiap RT," ujar Muwarni bersemangat.
Pada awal 2022, Posyandu Satelit mulai dilaksanakan dan mendapat sambutan antusias warga Lamper Tengah, Semarang Selatan. Dengan adanya Posyandu Satelit, warga tidak perlu lagi melakukan perjalanan jauh agar balita bisa mendapatkan layanan kesehatan yang penting.
"Peralatan yang disediakan sangat lengkap, termasuk pita pengukur lingkar lengan atas (LILA) dan lingkar kepala (LIKA). Setiap RT sepakat untuk mengatur jadwal operasi Posyandu Satelit sendiri," jelasnya.
Lebih Dekat
Selain mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat, Posyandu Satelit juga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada balita. Sebab, sebelumnya Posyandu melayani sekitar 50 anak dalam kurun waktu kurang dari 3 jam.
"Sekarang, suasana menjadi lebih santai. Setiap sesi Posyandu Satelit hanya melayani sekitar 10 balita atau lebih sedikit. Hal ini membuat proses penimbangan, pengukuran tinggi badan, dan penyuluhan Bina Keluarga Balita (BKB) menjadi lebih efektif dan nyaman. Kami membuka layanan pada pagi hari mulai pukul 08.30 hingga 11.00 WIB, dan pada sore hari setelah Salat Asar," tambahnya.
Keberhasilan Posyandu Satelit juga didukung semakin banyaknya masyarakat yang terlibat sebagai kader. Meskipun menjadi kader adalah pekerjaan sosial tanpa bayaran, semangat mereka untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik tidak pernah luntur.
"Bahkan ada seorang ibu yang pernah mengejar pendidikan bidan, dan sekarang dia menjadi seorang ibu rumah tangga yang juga menjadi kader Posyandu. Dia memiliki peran penting dalam membantu dan mengedukasi warga, serta memberikan informasi kepada sesama kader," tambahnya.
Meskipun terkendala terbatasnya dana, namun dengan pengelolaan yang bijak mereka mampu menjalankan program Posyandu Satelit. Hanya ada dana sekitar Rp350 ribu setiap bulan yang dikelola oleh RW untuk alokasi Posyandu.
"Warga yang datang memberikan sumbangan sukarela, seperti Rp1.000 atau Rp2.000, dan kami menerimanya dengan senang hati. Dana ini digunakan untuk operasional Posyandu dan memberikan makanan tambahan kepada balita yang mengikuti program," jelas Muwarni.
Dia menganggap pendekatan lembut dalam memberikan edukasi kepada warga sebagai hal yang penting dalam pelayanan Posyandu. "Misalnya, jika berat badan seorang anak tidak sesuai dengan tabel Kartu Menuju Sehat (KMS), kami harus berbicara dengan lembut agar tidak menyakiti perasaan mereka. Ini penting agar mereka merasa nyaman dan terus mengikuti program Posyandu."
Posyandu Satelit dianggap efektif karena lebih dekat dengan masyarakat dan memberikan pelayanan yang komprehensif. Hal ini menjadikannya sebagai alat yang ampuh untuk mendeteksi dan menangani stunting. Suatu permasalahan kesehatan penting bagi anak-anak di banyak daerah.
"Dengan Posyandu Satelit, kami dapat dengan mudah mendeteksi jika ada anak yang memiliki berat badan di bawah standar. Jika mereka berada dalam zona kuning atau bahkan di bawah garis merah, mereka memerlukan perhatian khusus. Alhamdulillah, di tempat kami, semua balita dalam kondisi normal, tidak ada yang mengalami stunting," tegas Muwarni.
Editor : Taufik Budi Nurcahyanto