Desa Tanpa Jalan, Hidup Tanpa Identitas: Kisah Turiyah Terjebak di Tengah Krisis Iklim

Turiyah bukan satu-satunya yang mengalami kesulitan akibat tenggelamnya Dukuh Timbulsloko. Perempuan nelayan di daerah ini juga harus menghadapi beban ganda. Selain kehilangan akses dan sumber mata pencaharian, mereka juga harus berjuang sendiri untuk menyesuaikan rumah mereka dengan kondisi lingkungan yang terus berubah.
Banjir rob yang semakin tinggi memaksa warga untuk meninggikan rumah mereka setiap tahun agar tetap bisa dihuni. Beban ini menjadi semakin berat bagi perempuan yang harus bekerja lebih keras demi keberlangsungan hidup keluarga mereka.
Puspita Bahari dan Komnas Perempuan berharap agar ada kebijakan yang lebih inklusif untuk kelompok rentan yang terdampak krisis iklim, terutama bagi perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas.
Meski akhirnya mendapatkan identitas resmi, perjalanan Turiyah masih panjang. Ia masih menghadapi keterbatasan dalam mobilitas dan akses ekonomi. Namun, setidaknya langkah awal sudah diambil dengan pengakuan dirinya sebagai warga negara yang sah.
Kisah Turiyah adalah gambaran nyata bagaimana krisis iklim dan ketidakadilan sosial bisa membuat seseorang terjebak dalam keterbatasan yang berkepanjangan. Diperlukan kerja sama yang lebih luas dari pemerintah, organisasi sosial, dan masyarakat agar tidak ada lagi warga yang terpinggirkan seperti dirinya.
Editor : Taufik Budi Nurcahyanto