KEDIRI- Sering kali orang mengatakan, usaha tidak pernah menghianati hasil. Begitu pula yang dirasakan oleh Indhi Asokawati, mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2020 yang meraih juara 1 lomba cerpen PORSENASMA 2022. Meski menempuh pendidikan yang bertolak belakang dengan sastra, tak ayal membuat Indhi tetap mendapat kepercayaan untuk membawa nama UPGRIS pada ajang lomba tersebut.
Menulis cerpen memang bukan hal asing bagi Indhi Asokawati, ia mengaku telah menekuni dunia kepenulisan secara serius sejak menduduki bangku SMA. Namun, mendapat kepercayaan besar untuk mewakili UPGRIS pada PORSENASMA membuatnya melalui proses yang tentunya tidak mudah.
“Tentu saja prosesnya tidak mudah. Belum mulai latihan saja, saya sudah terbebani oleh banyaknya ekspektasi besar yang diletakkan di pundak saya. Berat. Namun, perlahan atas arahan dari Pak Setia Naka Andrian, saya dapat mengatasi segala permasalahan sebisa saya. Kendalanya tentu karena Prodi saya bertolak belakang dengan hobi saya, jadi terkadang, menulis masih sering saya kesampingkan, apabila sedang mendapat banyak tugas kuliah. Genre yang biasa saya tulis, dengan yang harus saya tulis ketika lomba, itu sedikit ada perbedaan. Jadi, saya harus berusaha lebih keras agar tulisan saya lebih berbobot ketimbang yang sebelumnya,” tutur gadis kelahiran Pekalongan, 27 Juni 2003 tersebut.
Menurut Setia Naka Andrian, pendamping Indhi selama proses menuju lomba, mengaku memiliki strategi tersendiri dalam latihan-latihannya. "Saya tentu punya upaya tersendiri, yang barangkali di antaranya ia saya minta untuk tinggal beberapa hari di rumah saya. Dan selama itu saya pantau proses dan perkembangannya. Jadi hari-hari dilalui dengan membaca, membaca, membaca, menulis, diskusi atas karya yang dikerjakan, dan seterusnya seperti itu. Dan tentu saya ajak ia menyelami buku-buku sastra dari pengarang yang saya sodorkan. Harus dibaca habis dan tidak boleh hanya berhenti membaca," tuturnya.
Bagi Naka, memang awalnya Indhi memang sudah menulis. Hanya saja mahasiswa asal Pekalongan itu hanya menulis karya populer. Baru akhirnya selepas dibidani oleh Naka, maka sudah ia dijebloskan ke dalam karya-karya sastra terbaik (versi pembacaan Naka) yang sekiranya cocok untuk kebutuhan Indhi dalam rangka mengikuti lomba tersebut.
"Ini awalnya sangat berat. Mengubah banyak hal yang memang sudah betul-betul dilakoni oleh Indhi. Akan tetapi karena kemauannya begitu keras untuk berproses, maka alhamdulillah ia telah berhasil menjadi pemenang. Meski kerap saya sampaikan setelahnya, bahwa proses masih panjang. Jangan mudah puas," ujar Naka
Ini merupakan pengalaman pertama bagi Indhi, dimana ia mengikuti lomba yang mengharuskan pesertanya untuk menulis di tempat. Ia mengaku sempat merasa minder melihat banyaknya peserta lain yang berasal dari PBSI sedangkan ia sendiri berasal dari Pendidikan Matematika. Namun, setelah waktu dimulai, ia mencoba fokus dengan tema yang diberikan, meramu tokoh, alur dan sebagainya. Dan segala usaha yang Indhi lakukan, berakhir membuatnya menyabet gelar juara pertama.
Meski gelar juara telah berada di tangannya, tak membuat Indhi langsung merasa puas. Ia ingin terus mengembangkan teknik kepenulisannya. Syukur-syukur, bisa memiliki buku cetak yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Entah itu berisi kumpulan cerpen atau novel.
Editor : Khatim Laela