get app
inews
Aa Text
Read Next : Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Berpindah Kantor ke Ungaran, Kabupaten Semarang

Ide Kesetaraan yang Umumnya Disuarakan Perempuan, Kali Ini Datang dari Prof. Harjito

Rabu, 24 Agustus 2022 | 16:10 WIB
header img
Menurut Rektor UPGRIS Dr. Sri Suciati, M.Hum, keistimewaannya adalah ide kesetaraan yang umumnya disuarakan oleh perempuan, kali ini datang dari seorang laki-laki, yakni dari Prof. Harjito. Foto/Dok/Humas UPGRIS.

Perjalanan perempuan di Indonesia cukup panjang, mulai diposisikan pada ranah domestik karena kodratnya, sebagaimana dikenal 4 M yaitu: menstruasi, menyusui, mengandung, dan melahirkan. Hingga ketika Indonesia masuk pada era pembangunan pada masa Orde Baru yang kemudian dikenal dengan istilah ‘peran ganda’ perempuan. Selain perempuan masih mengurusi masalah domestik juga dituntut membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di luar. 

Setelah melakukan analisis terhadap sejumah cerita rakyat Jawa, Harjito mengambil kesimpulan bahwa Perempuan bukanlah subjek yang pasif seperti yang menjadi gambaran stereotip. Perempuan bukanlah subjek yang lemah, tetapi merupakan  subjek yang memiliki banyak kekuatan dan kekuatan itu dapat ditampilkan atau disembunyikan. 

Karena relasi selalu berkaitan dengan pihak lain, maka  sangat diperlukan kepedulian dan pelibatan pihak lain, dalam hal ini pihak lelaki. Dengan demikian, diperlukan negosiasi, perlunya penyelarasan baik dari perempuan maupun lelaki bahwa relasi tersebut tidak untuk mencari menang-kalah, bukan dalam pendekatan konfrontatif atau siapa yang lebih mendominasi atau tersubordinasi,  tetapi rembugan– membangun-menciptakan kesepakatan-kesepakatan yang memungkinkan  untuk mendapatkan harmoni atau keselarasan dalam cara pandang saling menghargai–bukan saling menyakiti. 

"Dalam segitiga PKK (perlawanan-kesetiaan-kebahagiaan), saya lebih sepakat pada tujuan kebahagiaan dalam keluarga adalah kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan hal yang utama dalam keluarga. Karena itu, saya menyebut bahwa perempuan  adalah Perempuan-Kolaboratif, perempuan merupakan subjek penting yang memiliki banyak pilihan untuk berkolaborasi dengan lelaki. Sementara itu, lelaki perlu menjadi Lelaki-Legawa, lelaki yang memiliki kesadaran dalam menerima pasang surut perubahan," ungkap Prof Harjito.

Editor : Setia Naka Andrian

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut