Bagi Ema, tentunya selepas meraih juara 2 dalam ajang bergengsi bagi mahasiswa ini, ia akan terus berproses untuk menggerakkan kata lebih banyak lagi. Berproses lagi, belajar lagi. “Sebab memang ada kendala tersendiri yang saya hadapi dalam proses selemum menuju perlombaan penulisan puisi Peksimida itu. Kendala atau musuh yang saya hadapi itu lebih mengenai rasa malas untuk membaca buku. Soalnya kadang kalau baca tulisan-tulisan di buku, membuat kepala pusing. Tapi akhirnya beberapa hari sebelum perlombaan, saya berdiskusi dengan Pak Naka. Dan kemudian Pak Naka menekankan, kalau perlombaan ini jangan diangkat sebagai beban, karena penulisan puisi itu ibadah. Yang harus dilakukan dengan keikhlasan hati. Dari hal itu, hati saya mulai tergerak. Lalu kemudian saya menyerahkan perasaan sepenuhnya pada proses ini,” ungkap Ema.
Eva Ardiana Indrariani, S.S., M.Hum., ketua program studi PBSI turut berbangga kepada salah seorang mahasiswanya yang masih belia itu. “Sungguh membanggakan. Ema, mahasiswa PBSI UPGRIS dengan ketekunan dan semangat tingginya, mampu mengungguli peserta lainnya dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta se-Jawa Tengah, dan kemudian mampu meraih juara dua. Jejak langkah pelatihnya, Bapak Setia Naka, telah nyata menginspirasinya. Selamat Ema, teruslah menjadi berarti!” ucap Eva, sebagai kaprodi selalu memberikan dukungan kepada mahasiswanya untuk terus berproses, terutama dalam menghasilkan produk-produk mata kuliah pada setiap semester.
"Prestasi ini menjadi bukti bahwa mahasiswa UPGRIS memiliki potensi yang sangat hebat. Kemampuan para mahasiswa terus diasah melalui wadah unit kegiatan mahasiswa dengan pendampingan secara rutin. Semoga capaian prestasi pada pekan seni mahasiswa daerah kali ini menjadi motivasi bagi mahasiswa baru. Terima kasih sudah membawa nama baik UPGRIS di kancah Peksimida," pungkas Rektor UPGRIS Dr. Sri Suciati, M.Hum.
Editor : Khatim Laela