“Simposium ini bagian dari kerja sama pendidikan dan riset yang dibangun KBRI Tokyo dalam bidang pangan. Ke depan, akan lebih banyak lagi kegiatan terkait bidang pendidikan yang dilakukan antara universitas di Jepang dengan universitas atau lembaga lain termasuk perusahaan swasta dan pemerintahan dari Indonesia,” jelas Yusli.
Ia menambahkan, selain pangan dan bioteknologi, KBRI Tokyo memfokuskan pengembangan kerja sama dalam bidang kesehatan, transformasi digital dan transisi energi
Harapan Dubes Heri pun diperkuat oleh paparan tiga pembicara kunci lainnya, yakni Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko; Rektor IPB, Arif Satria; dan Rektor Institut Teknologi Bandung, Reini Wirahadikusumah yang menilai pentingnya kolaborasi kedua negara untuk mengatasi isu food loss and waste.
Beberapa pembicara dari akademia yang hadir yaitu Drajat Martianto dari Institut Pertanian Bogor, Puji Lestari dari BRIN, Maya Fitriyanti dari ITB, dan Tsunehiro Otsuki dari Osaka University. Sedangkan dari sektor swasta, terdapat sejumlah pemapar yakni Kazuya Kashida (Shimazu Corp.), Hirofumi Nagao (Atonarp Inc.), Welly Soegiono (Great Giant Foods), dan Amadeus Driando Ahnan-Winarno (Better Nature Ltd.). Simposium ini dihadiri secara luring oleh sekitar 100 orang peserta dan secara daring oleh hampir 400 peserta.
Editor : Setia Naka Andrian