Hafidz mengajak masyarakat agar meningkatkan literasi secara terus-menerus. “Saya ingin mengajak penerapan tiga ng, yaitu ngerti, ngrasa, dan nglakoni. Dimulai dari mengerti, memahami, meneima, melakukan, dan membiasakan sebagai tahapan mewujudkan generasi muda yang berkarakter dan budi pekerti luhur,” tambahnya.
Budaya Literasi Masih Rendah
Minat baca anak Indonesia tergolong masih rendah, yakni di urutan 60 dari 61 negara versi The World’s Most Literate Nations (WMLN) pada 2016. Indeks aktivitas literasi membaca tingkat nasional juga berada pada kategori rendah. Hal itu terutama dipengaruhi dimensi akses terhadap bacaan dan dimensi budaya membaca yang masih rendah.
“Literasi masyarakat di Jawa Tengah juga masih tergolong rendah. Berdasarkan data budaya literasi Provinsi Jawa Tengah pada Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) tahun 2020 berada di peringkat 18 dari 34 provinsi,” jelas Hafidz.
Menyadari hal tersebut, lanjut Hafidz, Badan Bahasa sebagai salah satu unit utama di Kemendikbudristek mengusung tiga program prioritas, yakni literasi kebahasaan dan kesastraan, (2) revitalisasi bahasa daerah, dan (3) internasionalisasi bahasa Indonesia. Terkait dengan peningkatan literasi, Badan Bahasa telah melakukan berbagai program dan kegiatan yang langsung dirasakan oleh masyarakat, antara lain, penyediaan bahan bacaan untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA/SMK.
“Pembinaan bahasa ditujukan kepada lembaga pemeritah dan nonpemerintah serta perluasan penggunaan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif merdeka,” ungkap Hafidz, yang juga putra asli daerah Purbalingga itu.
Editor : Setia Naka Andrian