Hujan
Salah satu yang mendukung proses kreatif seorang penyair adalah hujan. Musim hujan kerap melahirkan karya-karya bagi penyair muda atau lama. Mungkin hujan memberikan banyak inspirasi bagi sesorang yang sedang jatuh hati untuk menuliskan ritual melamunnya dalam bentuk kata-kata yang sahdu, remang-remang, atau liar. Rintik hujan dan gerimis yang malu-malu memberikan sentuhan romantika yang unik bagi penyair untuk berkata-kata, menuliskan, atau memberikan rima.
Begitu pula dengan SAQ, ia yang masih muda sangat tergila-gila dengan hujan. Barangkali, semua syairnya dibuat pada musim hujan. Mengingat produktifitasnya yang luar biasa pada karya dihasilkan pada bulan November dan Desember. Akan sangat beda sekali jika ia menulis perempuan pada bulan Juli atau Agustus di mana musim kemarau yang mendampingi dirinya dalam mencipta puisi-puisi itu. Unsur romantika, damai, dan lembut sangat kentara dalam mengalunkan diksi yang ia tangkap dalam sekujur puisi-puisinya.
Lalu, SAQ mengkhususkan diri menulis tentang hujan. Ini barangkali dipersembahkan atas kebaikan hujan dalam menemani kelahiran puisi-puisinya. Puisi tentang hujan adalah Awal Nopember adalah Hujan (h. 21), Menjelang Musim Penghujan (h. 79), dan Definisi Hujan (h. 88-90). Meski dua puisi yang pertama, hujan menjadi setting perwajahan puisinya, namun justru kekuatannya SAQ dalam meromantisir keadaan karena menampilkan suasana hujan sebagai basis atmosfir puisinya. Puisi yang terakhir SAQ pun melibatkan hujan sebagai kekuatan yang dahsyat tentang relasi manusia dengan manusia serta penciptanya.
Editor : Setia Naka Andrian