Pengaruh Usman Arrumy dan Sapardi
Penyair muda mesti punya idola. Sosok idola itu memiliki pengaruh besar bagi proses kreatif dirinya untuk membentuk karakter puisinya. Kosa kata, diksi, metafora, dan dunia citra yang dipergunakan penyair hebat pasti sedikit banyak menginfiltrasi cara berpikir dan teknik mengemukakan sebuah realitas.
Sebagai penyair muda, SAQ juga tidak lepas dari idolanya. Dalam buku Senyummu Alamatku, saya melihat ada beberapa diksi yang menyerupai penyair yang dekat dengan Sujiwo Tejo, yakni Usman Arrumy. Beberapa puisi yang tertampilkan yang mendapat pengaruh Arrumy antara lain: Perempuanku (h. 20) dan Potret Sepasang Senyummu (h. 24).
Dua dari beberapa puisi SAQ memiliki daya ungkap layaknya Usman Arrumy. Meski frasa tidak ada yang sama dengan Arrumy, namun nafas Arrumy dalam bertutur mewarnai puisi SAQ. Menurut saya, ini bukan sesuatu yang prinsip, mengingat dari aspek usia antara SAQ dan Arrumy berada pada satu lingkaran atmosfir yang sama, seusia, dan mendapat lingkungan pendidikan yang sama, yakni pesantren. Jadi, sangat tidak beralasan jika saya menganggap bahwa karya-karya SAQ adalah reduplikasi karya Arrumy.
Barangkali, sebagai penyair pemula dan baru menghasilkan karya utuh sebuah buku kumpulan puisi ini, SAQ sebelumnya membaca karya-karya Sapardi Djoko Damono, Suminto A. Sayuti, Taufik Ismail, Sitok Srengenge, atau Timur Suprabahana, yang nafasnya sama. Sangat wajar apabila ada yang mengatakan bahwa SAQ adalah epigon dari Sapardi. Lihat saja karya puisi yang berjudul Harapan (h.55) pada bait keduanya, Aku Punguti Air Mata Perempuan (h. 48), Tangis Setiap Perempuan (h. 45), Laron-laron Kenangan (h. 13), Buku tentang Cinta (h. 37), dan sebagainya.
Diksi sebagai daya ungkap yang dipergunakan sangat mirip. Hampir sebagaian besar penyair muda mengidolakan Sapardi. Suasana kalem, kosong, lembut, datar, gelap, lunglai, galau, harapan, cinta, hasrat, dan impian kerap menjiwai diksi yang terlontarkan.
Editor : Setia Naka Andrian